Senin, 25 April 2011

Privasi, Ruang Personal dan Teritorialitas


A.PENGERTIAN PRIVASI


Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain.

Privasi atau yang dikenal sebagai Kerahasiaan pribadi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan.

Konsep ‘privacy’ dalam arsitektur bisa diartikan sebagai suatu kebutuhan manusia untuk menikmati sebagian dari kehidupan sehari-harinya tanpa ada gangguan baik langsung maupun tidak langsung oleh subjek lain. Hal ini dinyatakan dalam suatu ruang yang tertutup dari jangkauan pandangan maupun fisik dari pihak luar. Jadi jelas ada batasan-batasan fisik untuk mencapainya.

Berikut ini adalah pengertian privasi menurut beberapa tokoh, diantaranya yaitu :

• Rapoport : Kemampuan untuk mengontrol interaksi memperoleh pilihan dan

mencapai interaksi yang diinginkan.

• Altman: Proses pengontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri
sendiri dan akses kepada orang lain.


• Dibyo Hartono: Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang

dikehendaki seseorang pada suatu kondisi tertentu.

Marshall: Pilihan untuk menghindari diri dari keterlibatan dengan orang dan lingkungan

sosial.

B. FAKTOR – FAKTOR PRIVASI


1.Faktor Personal.


Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu penelitian pria lebih memilih ruangan yang terdapat tiga orang sedangkan wanita tidak memeprmasalahkanisi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall prbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungandengankebutuhanprivasi.


2. Faktor Situasional


Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk mandiri.


3.Faktor Budaya


Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap ke jalan, tinggal dirumah kecil dengan dindidng dari bamboo terdiri dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.

C. RUANG PERSONAL

Ruang personal adalah salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi tertentu. Ruang personal adalah batas maya yang mengelilingi individu sehingga tidak kelihatan oleh orang lain

Beberapa unsur yang mempengaruhi jarak Ruang Personal seseorang, yaitu:

1. Jenis Kelamin

Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis kelamin bukanlah faktor yang berdiri sendiri.

2. Umur

Makin bertambah usia seseorang, makin besar ruang personalnya, ini ada kaitannya dengan kemandirian. Pada saat bayi, hampir tidak ada kemampuan untuk menetapkan jarak karena tingkat ketergantungan yang makin tinggi. Pada usia 18 bulan, bayi sudah mulai bisa memutuskan ruang personalnya tergantung pada orang dan situasi. Ketika berumur 12 tahun, seorang anak sudah menerapkan Ruang Personal seperti yang dilakukan orang dewasa.

3. Kepribadian

Orang-orang yang berkepribadian terbuka, ramah atau cepat akrab biasanya memiliki Ruang Personal yang lebih kecil. Demikian halnya dengan orang-orang yang lebih mandiri lebih memilih ruang personal yang lebih kecil. Sebaliknya si pencemas akan lebih mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat kompetitif dan terburu-buru.

4. Gangguan Psikologi atau Kekerasan

Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini. Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi sangat dekat

5. Kondisi Kecacatan

Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan dengan Ruang Personal yang diterapkan. Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.

6. Ketertarikan

Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif dan negatif antara satu orang dengan orang lain. Namun yang paling umum adalah kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik. Dua sahabat akan berdiri pada jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing. Sepasang suami istri akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.

7. Rasa Aman/Ketakutan

Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya. Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk. Mungkin rasa tidak nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang berbeda.

8. Persaingan/Kerjasama

Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan, sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling bersisian. Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan perhatian seorang wanita yang baru masuk.

9. Kekuasaan dan Status

Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.

10. Pengaruh Lingkungan Fisik

Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik. Di ruang dengan cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya bila ruangannya sempit atau kecil. Orang juga cenderung memilih duduk di bagian sudut daripada di tengah ruangan.

11. Dan beberapa variasi lain seperti budaya, religi dan suku/etnis

D. TERITORIALITAS

Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain maka beda teritorial batas batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap.

Menurut holahan teritorialitas adalah suatu pola prilaku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas sebuah lokasi geografis tertentu. pola prilaku ini mencangkup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar. Menurut Altman, teritorialitas itu individu yang tinggal di daerah tersebut dapat mengontrol daerah tempat tinggalnya.

Terdapat penjelasan elemen-elemen dari 2 tokoh, yaitu Lang dan Altman

· Lang

Mengemukakan empat karakter dari teritorialitas, yaitu:

1.) Kepemilikan atau hak dari suatu tempat.

2.) Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu.

3.) Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar.

4.) Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika.

  • Altman

Membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu:

(1) Teritorial Primer

Jenis teritori yang dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Contoh: ruang kerja, ruang tidur, pekarangan, wilayah negara, dsb.

(2) Teritorial Sekunder

Jenis teritori yang lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Contoh: sirkulasi lalu-lintas di dalam kantor, toilet, zona servis, dsb.

(3) Teritorial Umum

Jenis teritori yang dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat di mana teritorial umum itu berada. Contoh: taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung bioskop, ruang kuliah, dsb.

E. HUBUNGAN ANTARA PRIVASI, RUANG PERSONAL DAN TERITORIALITAS DALAM LINGKUNGAN.

Privasi, Ruang personal, dan Teritorialitas merupakan kerahasian pribadi, adanya batas maya yang mengelilingi individu sehingga tidak kelihatan oleh orang lain dan terdapat suatu kepemilikan pribadi yang bersifat tetap. Jadi hubungannya dengan lingkungan ialah di saat seseorang menjaga dan menyimpan suatu hal atau masalah tertentu dan tidak ingin diketahui oleh orang lain. Jadi orang lain tersebut harus memaklumi dari kerahasian pribadi yang dimilikinya. Karena tidak semua permasalahan pribadi itu harus diketahui oleh orang disekitar kita. Misalkan, seseorang tersebut mengalami masalah dalam lingkungan interaksi sosialnya dikampus seperti “keminderan” , ia tidak ingin orang lain atau teman-temannya mengetahui masalahnya. Masalah ini ia pendam dan dijadikan suatu kerahasiaan pribadi.

Kamis, 31 Maret 2011

Kepadatan dan Kesesakkan Tempat Tinggal




A. Pengertian Kepadatan

Kepadatan atau density ini ternyata mendapat perhatian yang serius dari ahli-ahli psikologi lingkungan. Menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981) kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan atau sejumlah individu yang berada disuatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono,1992).

Kepadatan mencakup banyak dimensi. Kepadatan tidak hanya mencakup dimensi fisik seperti ukuran jumlah penduduk per wilayah atau jumlah orang per rumah (kepadatan hunian dan kepadatan rumah) akan tetapi juga mengandung aspek sosial, ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi kepadatan perlu memperhatikan aspek lain di luar aspek fisik. Berbagai aspek tersebut terutama yang menguntungkan kehidupan penduduk perlu dipertahankan sehingga kebiasaan dan perilaku yang positif tetap dapat dipertahankan.

Di tinjau dari segi penduduk, terungkap bahwa rumah padat bagi penduduk berarti rumah yang luasnya tidak sebanding dengan jumlah penghuninya, serta tidak ada tempat bermain atau halaman. Kriteria ini sesuai dengan kriteria yang dianut para ahli, akan tetapi ukuran lain seperti jumlah orang yang tidur dalam satu kamar, jumlah ruangan dalam kamar, jumlah WC per orang/rumah, jumlah anak balita per tempat tidur, dan lain-lain ukuran yang berkaitan dengan jumlah fasilitas perumahan dengan jumlah penghuni tidak dirasakan sebagai ukuran kepadatan oleh penduduk. Oleh karenanya, penyuluhan tentang hal ini perlu ditingkatkan tidak hanya oleh Dinas Kesehatan tetapi juga Dinas Perumahan dan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan jumlah fasilitas perumahan dan jumlah penghuni tidak dirasakan sebagai ukuran kepadatan (Surjadi et al., 1996).

B. Kepadatan Tempat Tinggal

Kepadatan tempat tinggal, bagaimanapun juga pengaruh dari tempat tinggal yang terbatas bisa bermacam-macam. Salah satu dramatis terdapat dari studi kasus tentang para sukarelawan Korps Perdamaian (MacDonald & Oden dalam Sears dkk., 1992). Dalam Penelitian ini lima pasangan pernikahan bersedia dengan sukarela membagi ruang tanpa sekat sebesar 30 kali 30 kaki selama dua belas minggu program latihan.Para sukarelawan bersedia mengalami hal ini dalam upaya memperoleh pemahaman tentang kesulitan yang mungkin suatu saat nanti akan mereka hadapi di perantauan. Mereka dibandingkan dengan pasangan Korps Perdamaian lain yang tinggal di kamar hotel yang lebih luas.

Meskipun kondisi tempat tinggal mereka sangat padat, pasangan yang tinggal bersama tidak menunjukkan adanya pengaruh yang merugikan dan menganggap pengalaman mereka sebagai suatu tantangan yang positif. Rupanya mereka mengembangkan semangat juang yang tinggi dan suasana kerjasama. Jelas, mereka yang menjadi sukarelawan untuk tinggal bersama memiliki kepribadian yang berbeda dengan mereka yang bukan sukarelawan, dan mereka tahu bahwa situasi tersebut hanya bersifat sementara. Namun, kesimpulan dari contoh ini adalah bahwa tinggal ditempat yang berkepadatan tinggi bisa menjadi pengalaman yang positif dalam situasi tertentu.

Penelitian yang dilakukan terhadpa penghuni penjara juga memberikan bukti tentang pengaruh kepadatan tempat tinggal. Tahanan yang ditempatkan seorang diri di dalam sel ternyata memiliki tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan tahanan yang tinggal di dalam sel bertipe asrama. Penelitian yang didasarkan pada data-data arsip juga menunjukkan adanya kaitan antara tingkat kepadatan tempat tinggal yang tinggi dipenjara dan tingkat kematian dan masalah psikiatrik yang lebih tinggi (McCain dkk. Dalam Sears dkk.,1992).

Dalam mengulas berbagai macam penemuan ini, Epstein (dalam Sears dkk.,1992) menyatakan bahwa pengaruh negative dari kepadatan tempat tinggal tidak akan terjadi bila penghuni mempunyai sikap kooperatif dan tingkat kendali tertentu. Tampaknya keluarga tidak banyak mengalami kesesakkan rumah, mungkin karena mereka mampu mengendalikan rumah mereka dan mempunyai interaksi yang dapat meminimalkan timbulnya masalah tempat tinggal berkepadatan tinggi, sebaliknya, tahanan yang kurang mampu mengendalikan lingkungan dan hanya memiliki sedikit motivasi untuk bekerja.

Proporsi luas tanah untuk rumah tempat tinggal penduduk kota yang semakin sempit menyebabkan kepadatan yang tinggi dan ruang untuk keperluan-keperluan individu dan kelompok juga semakin menyempit. Menurut Holahan (1982), kepadatan (density) adalah sejumlah individu pada setiap ruang atau wilayah. Altman (1975) membagi kepadatan menjadi kepadatan dalam dan kepadatan luar. Kepadatan dalam berarti jumlah manusia dalam suatu ruangan, sedangkan kepadatan luar berarti jumlah orang atau pemukiman di suatu wilayah. Dalam hubungannya dengan kondisi psikologis penghunian rumah, kiranya apa yang dikatakan oleh Holahan dan definisi kepadatan dalam dari Altman lebih bisa diterapkan, dimana dalam setiap unit rumah dihuni oleh sejumlah orang.

C. Pengertian Kesesakkan

Selain masalah kepadatan, ciri kedua dari pemukiman kota adalah kesesakan. Pengertian kesesakan (crowding) adalah perasaan subyektif individu terhadap keterbatasan ruang yang ada (Holahan, 1982) atau perasaan subyektif karena terlalu banyak orang lain di sekelilingnya (Gifford, 1987). Kesesakan muncul apabila individu berada dalam posisi terkungkung akibat persepsi subyektif keterbatasan ruang, karena dibatasi oleh system konstruksi bangunan rumah dan terlalu banyaknya stimulus yang tidak diinginkan dapat mengurangi kebebasan masingmasing individu, serta interaksi antar individu semakin sering terjadi, tidak terkendali, dan informasi yang diterima sulit dicerna (Cholidah et al., 1996) Kepadatan memang dapat mengakibatkan kesesakan (crowding), tetapi bukan satu satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan.

Setidaknya ada tiga konsep yang dapat menjelaskan terjadinya kesesakan, yaitu teori information overload, teori behavioral constraint, dan teori ecological model (Stokols dalam Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982; Jain, 1987). Secara teoritis, ketiga konsep tersebut dapat menjelaskan hubungan kepadatan fisik dengan kesesakan. Kenyataan bahwa semakin padat suatu kawasan. Maka semakin banyak informasi yang melintas di hadapan penghuni adalah dinamika yang tida terhindarkan. Bila kemudian informasi tersebut melampaui batas kemampuan penerimaannya, maka mulailah timbul masalah-masalah psikologis.

Semakin banyak penduduk dalam wilayah yang terbatas juga bisa menyebabkan adanya constrain bagi individu dalam berperilaku sehari-hari. Konsep ini berkaitan erat dengan pendekatan ekologis. Prinsipnya, ketika daya dukung wilayah tidak mencukupi lagi maka lingkungan alam dan lingkungan sosial akan saling terkait dalam menimbulkan masalah (Sulistyani et al., 1993). Dalam suasana padat dan sesak, kondisi psikologis yang negatif mudah timbul yang merupakan faktor penunjang yang kuat untuk munculnya stress dan bermacam aktifitas sosial negatif (Wrightsman dan Deaux, 1981).

Bentuk aktifitas sosial negatif yang dapat diakibatkan oleh suasana padat dan sesak, antara lain : 1) munculnya bermacam-macam penyakit baik fisik maupun psikis, seperti stres, tekanan darah meningkat, psikosomatis, dan gangguan jiwa; 2) munculnya patologi sosial, seperti kejahatan dan kenakalan remaja; 3) munculnya tingkah laku sosial yang negatif, seperti agresi, menarik diri, berkurangnya tingkah laku menolong (prososial), dan kecenderungan berprasangka; 4) menurunnya prestasi kerja dan suasana hati yang cenderung murung (Holahan, 1982).

D. Kesesakkan Tempat Tinggal

Kesesakkan sebagai suatu fenomena psikologis yang mempunyai sifat hubungan yang tidak langsung Harold Prohansky (dalam Holahan, 1982). Situasi kesesakkan merupakan perasaan bahwa kehadiran orang lain menyebabkan frustasi dalam usaha mencapai tujuan. Kesesakkan terjadi ketika sejumlah orang dalan suatu setting membatasi kebebasan individu untuk memilih. Oleh karena itu yang paling penting adalah interpretasi kognitif yang mengontrol perilaku terhadap suatu peristiwa kesesakkan.

Menurut Fisher, Bell dan Baum (1984), kesesakkan adalah perasaan kehilangan kontrol, Psychological reactance , dan Learned helpness. Dalam kondisi kesesakkan yang dialami pertama kali adalah perasaan kehilangan kontrol terhadap lingkungan yang merupakan pengalaman yang tidak mengenakkan. Ketika kebebasan memilih dibatasi, orang akan mencoba memecahkan masalah situasi tersebut, muncullah angka kedua yaitu Psychological reactance yang merupakan suatu keadaan motivasional dalam mengatasi perasaan kehilangan kontol dan berusaha mendapatkan kembali kebebasan perilaku yang terancam tersebut (Holahan, 1982). Apabila ini tidak berhasil maka akan muncul langkah ketiga yaitu Learned helpness atau ketidakberdayaan yang di pelajari (Fisher, Bell, dan Baum, 1984).

Kesesakan pada tempat tinggal mucul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial di banyak negara (misalnya : Indonesia, India, Cina, dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalahan sosial yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destruktif.

Hambatan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di negara berkembang umumnya karena adanya pola berpikir masyarakat yang konservatif, yang pada hakekatnya menolak perubahan nilai tradisional dan budaya Indonesia termasuk dalam masyarakat heterogen yang sifatmya tradisional dan religius, misalnya bahwa banyak anak berarti banyak rejeki atau pola berpikir bahwa anak adalah investasi bagi orang tuanya di masa depan.

Pola berpikir dan sikap seperti itu merupakan hambatan, khususnya bagi penduduk yang sebagaian besar tinggal di pedesaan, dimana nilai budaya tradisional tumbuh subur. Contoh lain, untuk mencapai pemerataan penduduk dalam mencapai keseimbangan ekonomi dan ekologi, dilaksanakan transmigrasi dari pulau yang padat penduduk ke Pulau yang konsentrasi penduduknya rendah. Usaha itu tidak dapat menghindari perubahan nilai-nilai tradisional, sebab masih ada yang beranggapan bahwa tanah kelahiran adalah warisan leluhur yang tak boleh ditinggalkan. Timbullah istilah transmigrasi bedol desa yang mengangkut seluruh harta miliknya berikut sedikit tanah kelahirannya.

E. Contoh Kasus Kepadatan dan Kesesakkan Tempat Tinggal dan solusinya.

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota. Namun perkembangan jumlah kendaraan dengan jumlah jalan sangat tidak seimbang (5 10% dengan 4-5%). Menurut data daripada Perkhidmatam Perhubungan DKI, sebanyak 46 kawasan mempunyai 100 simpang yang mempunyai kesesakan lalulintas, arus yang tidak stabil dan kecepatan yang rendah.

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 simpang yang memiliki kemacetan lalulintas yang diakibatkan oleh kepadatan dan kesesakkan penduduk , arus yang tidak stabil dan kecepatan yang rendah.

Diantaranya Tempat tinggal yang mengalami kemacetan ialah:

  • Kawasan Ancol/Gunung Sahari Kawasan Ancol / Gunung Sahari
  • Kawasan Jatibaru/Tanah Abang Kawasan Jatibaru / Tanah Abang
  • Kawasan Kalimalang Kawasan Kalimalang
  • Kawasan Mampang/Buncit Kawasan Mampang / Buncit
  • Kawasan Pasar Minggu Kawasan Pasar Minggu
  • Kawasan Pondok Indah Kawasan Pondok Indah
  • Kawasan Pulo Gadung Kawasan Pulo Gadung
  • Kawasan Tambora. Kawasan Tambora.

Jakarta sebagai pusat ekonomi juga turut mengalami kesesakan lalu lintas kerana selain dilalui oleh penduduk DKI sendiri , jalan ini juga digunakan oleh pemandu daripada kota sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor. Jakarta sebagai pusat ekonomi juga turut mengalami kemacetan karena selain dilalui oleh penduduk DKI sendiri, jalan ini juga digunakan oleh pemandu dari kota sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor. Kesesakan dapat dilihat di Sudirman kerana mengambil masa selama berjam-jam untuk pulang ke rumah. Kemacetan dapat dilihat di Sudirman karena memakan waktu berjam-jam untuk pulang ke rumah. Satu insisiatif dilakukan oleh Pemerintah DKI untuk mengatasi masalah pengangkutan di Jakarta yaitu TransJakarta. Pemda dilakukan oleh Pemerintah DKI untuk mengatasi masalah transportasi di Jakarta yaitu Transjakarta.

Minggu, 27 Februari 2011

Orang Bertindak di Lingkungan Beberapa Memperluas Simulasi Dinamika Aksi


Dinamika tindakan adalah simulasi komputer model dan teori perilaku yang dikembangkan oleh John David Atkinson dan Birch (1970). Simulasi menghasilkan grafik menunjukkan kecenderungan akan tindakan-on untuk terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti makan, minum, dan berbicara.. Ini menggambarkan perilaku satu individu dalam lingkungan yang konstan. Setiap kegiatan memiliki kekuatan menghasut, gaya hambat, dan gaya consummatory. Meskipun nilai-nilai parameter yang diasumsikan berhubungan dengan karakteristik kepribadian seseorang dan isyarat di dalam lingkungan, nilai-nilai yang dipilih individu untuk mewakili nilai-nilai relatif antara aktivitas yang berbeda.

Pase, simulasi orang yang bertindak dalam lingkungan beberapa, berpendapat seseorang dengan kebutuhan (misalnya, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi) dan ketakutan (misalnya, takut gagal, takut muncul kuat, kecemasan sosial). Beberapa lingkungan (misalnya, kafe, perpustakaan, ruang asrama) baik mendukung atau menghambat ekspresi kebutuhan dan ketakutan. pasukan menghasut dan gaya hambat, dijelaskan secara lebih rinci di bawah, berasal eksplisit dari karakteristik kepribadian dan dari isyarat lingkungan di Pase.

Stream perilaku.. Dan Birch dinamika Atkinson model tindakan dikonseptualisasikan perilaku secara bertahap. Analogi ini diusulkan oleh James 'aliran William dari kesadaran dan mencakup gagasan bahwa apa yang baru saja terjadi mempengaruhi apa yang akan terjadi selanjutnya.. Sebuah aliran terus-menerus perilaku juga menyiratkan bahwa ada tersembunyi yang menghasilkan perilaku permukaan, tersembunyi kebutuhan dan ketakutan. Analogi aliran juga berfokus pada aliran perilaku dan memungkinkan untuk analisis perilaku melalui waktu. Perubahan Perilaku menandai penghentian satu perilaku dan inisiasi lain. Kali ini-line perilaku menempatkan fokus motivasi pada pertanyaan tentang kapan perilaku tidak dipamerkan dan untuk berapa lama, aspek perilaku yang dapat diamati dan diukur.

Pase juga memproduksi aliran perilaku dengan dimensi tambahan dari lingkungan di mana perilaku yang dipamerkan. Dalam simulasi saat Pase, lima kegiatan yang mungkin, belajar, berbicara, minum, menonton TV, dan makan. Kegiatan ini dapat dinyatakan dalam tiga lingkungan, sebuah kafe, perpustakaan, dan ruang asrama. Orang yang sedang bergerak disimulasikan dari satu lingkungan sampai ke dasar yang lain pada aktivitas dominan.

Di warnet mereka bisa belajar, berbicara, cappuccino minum, atau makan makan. Jika mereka ingin menonton televisi (TV menonton menjadi aktivitas dominan), mereka harus pindah ke ruang asrama. Di perpustakaan mereka dapat belajar atau berbisik dengan teman-teman. Jika mereka ingin minum atau makan, mereka harus pindah ke kafe. Jika mereka ingin menonton TV, mereka harus pergi ke ruang asrama. Akhirnya, di ruang asrama mereka dapat melakukan semua kegiatan kecuali studi. (Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka memiliki teman sekamar yang sangat bersahabat yang telah teman-teman dan TV di sepanjang waktu.). Jika mereka berada di kamar asrama dan ingin belajar, mereka harus pindah ke perpustakaan.

Menghasut pasukan. Dalam dinamika model tindakan, pasukan menghasut ditentukan tingkat di mana kecenderungan untuk terlibat dalam suatu kegiatan, seperti belajar, meningkat dari waktu ke waktu. Kekuatan menghasut dari 100 berarti bahwa kecenderungan tindakan untuk belajar akan meningkatkan 100 untuk setiap unit waktu. Ini akan diwakili dalam grafik kegiatan sebagai garis miring positif. Di Pase, gaya menghasut adalah fungsi dari kebutuhan orang tersebut, isyarat di lingkungan, dan kesesuaian antara kebutuhan dan kegiatan yang tersedia. Kebutuhan dan adalah menekan kepribadian konsep yang dikembangkan oleh Henry Murray dalam buku klasiknya, Eksplorasi di Kepribadian , diterbitkan pada tahun 1938. Misalnya, belajar akan sangat terkait dengan kebutuhan untuk pencapaian (karakteristik dari orang tersebut).Belajar juga akan ditimbulkan oleh perpustakaan, sehingga lingkungan perpustakaan akan memiliki positif (tinggi) tekan lingkungan yang kuat untuk belajar. Dalam Pase kebutuhan seseorang dikalikan dengan menekan lingkungan yang positif untuk menentukan sebuah kekuatan menghasut untuk setiap kegiatan.

Sebuah user interface memungkinkan karakteristik kepribadian (kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan untuk bermain, dan perlunya perubahan) harus ditetapkan . Sebagai contoh, berbicara di kafe sebanding dengan berbisik di perpustakaan dan untuk ngobrol di ruang asrama. Berbicara memiliki lingkungan yang positif tekan kuat di kafe daripada berbisik telah di perpustakaan. Orang tersebut adalah sama di kedua tempat, namun karena menekan lingkungan yang berbeda, gaya menghasut untuk berbicara lebih tinggi di kafe daripada di perpustakaan.

Hambat pasukan. Dalam dinamika model tindakan, kekuatan hambat adalah kekuatan negatif yang basah dan menunda kecenderungan untuk terlibat dalam suatu kegiatan. Takut gagal adalah kekuatan inhibitor yang berkaitan dengan kegiatan prestasi. Seseorang dengan rasa takut kegagalan yang tinggi akan memakan waktu lebih lama untuk mulai belajar dari orang lain yang tidak memiliki rasa takut kegagalan. . Ketakutan dapat diatur melalui antarmuka pengguna. Lingkungan juga memiliki penekanan negatif yang menonjolkan efek dari ketakutan. . Di ruang asrama, siswa memiliki gambar / orang tua, isyarat yang melebih-lebihkan rasa takut kegagalan. Di kamar asrama, gaya hambat terkait dengan ketakutan akan kegagalan dan belajar adalah tertimbang sangat oleh lingkungan yang negatif tekan tinggi. pasukan Hambat untuk setiap kegiatan adalah fungsi dari seseorang ketakutan dan menekan lingkungan negatif.

Consummatory pasukan. . Dalam dinamika tindakan diasumsikan bahwa suatu kegiatan tidak akan berlanjut tanpa henti karena kepuasan akan terjadi sebagai hasil dari terlibat dalam kegiatan ini. Makan akan membawa tentang penghentian makan. Belajar akan mengakibatkan penurunan kecenderungan untuk belajar dan belajar akan digantikan oleh aktivitas lain. Bahkan menonton TV tidak akan pergi selamanya, kecenderungan akan berkurang dan digantikan oleh kecenderungan untuk terlibat dalam kegiatan lain. Kekuatan consummatory dari suatu kegiatan berhubungan dengan sifat kegiatan. Mempelajari fisika mungkin memiliki nilai consummatory lebih tinggi (dan menyebabkan lebih cepat akhir kegiatan) daripada mempelajari sastra populer (dan membaca novel fiksi ilmiah). Meskipun nilai consummatory untuk berbicara mungkin berbeda dari satu lingkungan yang lain (lebih memuaskan di kafe daripada di perpustakaan, misalnya), dalam versi saat Pase nilai consummatory untuk satu set kegiatan (seperti bicara) adalah yang sama untuk ketiga lingkungan.

Pemindahan. gaya menghasut dari satu kegiatan juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas terkait.Gaya instigating untuk makan juga dapat meningkatkan kecenderungan untuk minum. Gaya menghasut bersama disebut perpindahan dan ditangani dalam simulasi melalui array nilai 0-1,0. Gaya menghasut total untuk kegiatan adalah dorongan untuk itu kegiatan ditambah dengan dorongan sebagian dari seluruh kegiatan yang berhubungan. Namun, dorongan penuh hanya diberikan pada kegiatan yang sedang berlangsung pada; kekuatan menghasut untuk kegiatan non-dominan menurun oleh perhatian selektif (lihat di bawah).

Substitusi. consummatory gaya bersama juga merupakan bagian dari dinamika aksi dan Pase. Substitusi ini sedikit lebih rumit daripada perpindahan, namun. Hanya berlangsung aktivitas di memiliki kekuatan consummatory diterapkan untuk itu. Dengan demikian, hanya kegiatan yang berkaitan dengan perilaku yang sedang berlangsung akan memiliki kekuatan consummatory pengganti diterapkan untuk mengurangi kecenderungan tindakan.

Consummatory tertinggal. Gaya consummatory yang diterapkan pada terus-menerus dan perilaku dominan tidak diterapkan pada perilaku instan diungkapkan. Sebaliknya, masa lag, yang biasanya 2-5 unit waktu, menyebabkan keterlambatan dalam mengurangi kecenderungan tindakan akibat gaya consummatory. inisiasi ini lag tertunda di-set kekuatan consummatory mengikuti inisiasi dari suatu kegiatan. (Kepuasan dari makan ditunda sementara satu mengunyah makanan dan mulai diproses oleh tubuh.) Demikian juga kekuatan consummatory terus selama beberapa waktu setelah akhir kegiatan. (Kepuasan dari makan terus selama beberapa saat setelah makan selesai.) Jadi, diberi lag dari dua unit waktu, aktivitas yang dominan dua unit waktu lalu menerima kekuatan consummatory. . Jika aktivitas baru baru saja menjadi dominan, itu diperbolehkan tumbuh untuk waktu tanpa penurunan penyempurnaan. Hal ini menyebabkan tingkat kecenderungan dari dua kegiatan (satu pergi dan satu datang pada) yang harus didorong terpisah dan menghindari apa yang dikenal dalam dinamika aksi sebagai "obrolan perilaku."

Selektif perhatian. Aspek lain dari simulasi yang menghindari chatter perilaku adalah perhatian selektif. . Berbeda dengan gaya consummatory, perhatian selektif bertindak cepat. Kegiatan yang dominan menerima 100% dari anjuran tersebut, sedangkan kegiatan non-dominan menerima kurang dari 100% (biasanya 80%) dari anjuran mereka. perhatian selektif berkaitan dengan fakta bahwa ketika seseorang terlibat dalam suatu kegiatan, petunjuk-petunjuk yang mendukung prakarsa yang sedang dilayani. Isyarat bagi mereka kegiatan tidak diungkapkan yang tidak dilayani, dengan demikian, mereka harus memiliki kurang dari penuh gaya menghasut diterapkan. perhatian selektif juga berfungsi untuk menjaga kegiatan dari mengobrol dan mematikan, yang menyebabkan perubahan kegiatan bersih.

Mengubah Lingkungan. Sumber akhir obrolan perilaku, atau loop tanpa akhir, dalam simulasi Pase berasal dari perubahan lingkungan. Ketika orang itu di ruang asrama, misalnya, dan belajar menjadi kegiatan yang dominan, yang bergerak orang ke perpustakaan. Di perpustakaan kecenderungan tindakan adalah re-dihitung berdasarkan dan menghambat pasukan menghasut yang berhubungan dengan lingkungan itu. Ada kemungkinan bahwa perhitungan ulang akan menghasilkan orang pindah ke kafe, misalnya. Di kafe tersebut, perhitungan ulang dapat mengakibatkan di lain bergerak - dan seterusnya. Sebuah lingkaran tak berujung akan kemungkinan kuat pada orang dengan ketakutan yang tinggi dan lingkungan dengan menekan negatif yang tinggi. Kecenderungan yang tinggi yang mendorong orang tersebut ke perpustakaan untuk belajar, misalnya, mungkin menjadi negatif karena takut kegagalan yang tinggi dan lingkungan tekan negatif yang kuat di perpustakaan. Untuk menjaga kemungkinan dari sebuah loop tak berujung, simulasi memiliki counter yang menentukan berapa banyak lingkungan telah dikunjungi selama setiap satuan waktu. Jika orang itu memasuki lingkungan keempat, simulasi tidak memeriksa lagi bergerak dan memaksa orang untuk tinggal di lingkungan tersebut, paling tidak satu unit waktu.

Output. Saat ini output untuk simulasi tersebut adalah grafik yang menunjukkan kecenderungan tindakan yang dihasilkan untuk semua kegiatan dan lingkungan orang tersebut ada di pada setiap satuan waktu. Kecenderungan tindakan yang dihasilkan pada setiap satuan waktu adalah kecenderungan tindakan positif (ditentukan oleh gaya menghasut, perpindahan, penyempurnaan, dan substitusi) dikurangi kecenderungan tindakan negatif atau kecenderungan negaction (ditentukan oleh gaya hambat dan kekuatan perlawanan, sebuah kekuatan yang menentang gaya hambat).

Aktifkan hyperlink di bawah untuk melihat user interface. Anda akan dapat mengatur lima motif: kebutuhan berprestasi, kebutuhan kekuasaan, kebutuhan afiliasi, kebutuhan untuk bermain, dan kebutuhan untuk perubahan. Anda juga dapat mengatur lima ketakutan yang sesuai: takut gagal, takut muncul kuat, kecemasan sosial, takut membuang-buang waktu bermain, dan takut perubahan. Bila Anda telah menetapkan nilai-nilai menggunakan pull down pilihan, klik tombol untuk mengubah nilai. Bila Anda puas dengan nilai-nilai yang telah Anda tentukan, jam tombol "Continue" untuk melihat kecenderungan plot. Garis-garis berwarna merupakan kecenderungan tindakan. Di bagian bawah plot adalah garis hitam menunjukkan lingkungan di mana orang tersebut menyatakan kegiatan tersebut.


Dikembangkan oleh Blankenship Virginia

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://oak.ucc.nau.edu/vrb/PASE.htm